Marga Purba menurut buku Drs. Richard Sinaga (1)

No: 1
Judul: LELUHUR MARGA-MARGA BATAK DALAM  SEJARAH, SILSILAH DAN LEGENDA

Oleh: Drs. Richard Sinaga
Tanggal: 1995
Sumberhttps://disperpusip.sumutprov.go.id/web/uploads/ebook/pdf/c5NA6qMjo4EN.pdf
Pencatat referensi: Arnold Siboro

Marga Purba menurut Drs. Richard Sinaga di bukunya berjudul "LELUHUR MARGA-MARGA BATAK DALAM  SEJARAH, SILSILAH DAN LEGENDA", halaman 158-163. Penulis menuliskan bahwa legenda mengenai Datu Parulas yang ditulisnya disarikan dari buku Pustaha Batak karya W. M. Hutagalung.


6. Marga Purba Keturunan Tuan Sorbadijae

Di depan telah disinggung sedikit bahwa W.M. Hutagalung dalam buku Pustaha Batak menyebutkan Raja Mangarerak itu beristri dua. Dari istri kedua itu lahir anaknya bernama Purba dan Tanjung. Marga Purba ada dari Simamora dan marga Tanjung ada dari Borbor. Dua nama marga dari dua leluhur ada kita jumpai, seperti Hutapea Keturunan Sipaettua dan Hutapea keturunan Guru Mangaloksa. Marga Manik keturunan Malau Raja dan Manik keturuna Naiambaton.

Hal yang menarik di sini ialah marga Purba yang disebut sebagai leluhur Sitindaon, Siboro, Halihi, Situa dan Tambak. Mengenai Sitindaon, sudah jelas adalah dari Naibaho, sesuai dengan perbincangan penulis dengan salah seorang marga Sitindaon. Kecuali ada dua nama marga namun berbeda leluhur. Marga Purba yang disebut sebagai keturunan Tuan Sorbadijae ini adalah generasi ke-5 dari Si Raja Batak dan Purba dari Simamora adalah generasi ke-7. Purba anak Tuan Sorbadijae ini mempunyai anak bernama Siboro (generasi ke-6), sedang Purba Simamora menurut Batara Sangti ada juga nama Siboro tetapi pada posisi generasi ke-12. Nama Datu Parulas (Raja Parultop) yang menjadi leluhur marga Purba di Simalungun itu adalah generasi ke-9 sedangkan Purba keturunan Simamora menurut Batara Sangti adalah generasi ke-11 dari Siraja Batak. Agar lebih jelas kita perhatikan (silsilah) anak cucu Siboro (anak sulung Raja Purba keturunan Tuan Sorbadijae) pada bagan 39!

Bagan 39

6789
Siboro1. (?)


2. Tentang Niaji1. Raja Langit1. Tuntung Batu Cibero (Cibro)Tarigan Sibero
Tarigan Silangit
Purba Pakpak
2. Datu Parulas (Raja Parultop)
3. Tuan Purba
Purba
2. Raja Ursa1. Raja Lehu PurbaTarigan Purba
2. Raja Nagasaribu
3. Tuan Binangara
Girsang


Raja Langit dan Rata Ursa pergi ke Dairi. Di Tung-tung batu Dairi Raja Langit kawin dan anaknya yang lahir itu dinamakan Raja Tung-tungbatu. Marga Cibero (Cibro) yang ada di Pakpak adalah keturunannya. Keturunan Raja Tung-tung batu beberapa generasi berikutnya ada yang pergi ke tanah Karo, marga Tarigan Sibero dan Targan Silangit adalah keturunannya. Ada yang ke Simalungun yaitu Purba Pakpak.

Raja Langit pergi lagi ke Langging, Simalungun. Di sana kawin lagi. Dari perkawinan itu lahirlah anakya Datu Parulas (Raja Parultop) dan Tuan Purba. Datu Parulas (Raja Parulap) inilah yang bermarga Purba pertama di Simalungun.

Raja Ursa disebut pergi lagi ke Lehu dan kawin di sana. Dari perkawinan itu lahirlah anaknya yang diberi nama Raja Lehu, keturunannya menggunakan marga Purba, yang pergi ke tanah Karo menggunakan Tarigan Purba. Dari Lehu Raja Ursa pergi lagi ke Nagasaribu dan kawin di sana. Anaknya yang lahir diberi nama Raja Nagasaribu dan Tuan Binangara. Keturunan Raja Nagasaribu dan Tuan Binangara ini katanya menggunakan marga Girsang yaitu Girsang Rumaparik, Girsang Parhara dan Girsang Sila(xxxx) (Catatan: Dengan demikian marga Girsang ini dua, satu lagi yaitu Girsang dari cabang Tarihoran, lihat halaman 102 buku ini)

7. Marga Purba di Simalungun

Konon Datu Parulas ini gemar berburu dengan senjata Ultop. Karena itu dia digelari Raja Parultop. Suatu ketika dia melihat burung patiaraja, lalu diikutinya burung tersebut. Setiap burung itu diultop, tidak kena dan terbang lagi. Karena itu dia berniat mengikutinya sampai dapat. Tetapi sebelum dia pergi dia berpesan dan menitipkan kembang kepada istrinya. Apabila kembang yang dititipkannya itu layu, berarti dia dalam kesusahan karena itu perlu disusul.

Datu Parulas pun pergilah mengikuti burung patiaraja itu. Tanpa sadar Datu Parulas sudah sampai di sebuah perkampungan. Di tempat tersebut dijumpainya orang sedang mengamankan diri dari serangan elang sipitu tahal-tahal (tujuh kepala) dan babi hutan berkalung rantai. Apabila babi hutan berkalung rantai itu diusir, elang sipitu tahal-tahal datang menyerang dan apabila babi dibiarkan maka habislah tanaman. Karena itu keadaan mereka serba salah.

Datu Parulas menawarkan jasa untuk menembak (mangultop) babi dan elang tersebut. Orang-orang tersebut gembira dan menyambut baik tawaran Datu Parulas. Mereka berjanji akan memberi putri mereka menjadi istri Datu Parulas. Mula-mula Datu Parulas menemukan Babi berkalung rantai, ditembaknya dan mati. Seketika itu pula elang segera datang menyerang, dengan sigap Datu Parulas menembaknya, kena dan mati. Tapi sayang elang yang kena tembak itu jatuh menimpa dirinya. Karena kena tertimpa bangkai elang itu, Datu Parulas juga mati. Sesuai dengan janji sebelumnya, maka Datu Parulas tidak dikubur, tetapi disimpan di sebuah gubuk.

Meninggalnya Datu Parulas dapat diketahui anak istrinya melalui kembang yang dititipkannya. Karena itu Suha, anak Datu Parulas segera menyusul ayahnya sambil membawa obat-obatan. Berkat obat tersebut, Datu Parulas dapat hidup kembali. Setelah Datu Parulas hidup, dia menagih jasa kepada orang-orang yang dibantunya. Tuan Mulanihuta menawarkan salah satu dari 7 putrinya untuk diperistri Datu Parulas.

Datu Parulas menyuruh ketujuh putri Tuan Mulanihuta menemui dia di seberang sungai untuk dia pilih. Putri sulung sampai putri keenam berlomba memakai baju yang terbaik agar terpilih jadi istri Datu Parulas. Putri ke-7 merasa tidak akan terpilih, karena itu dia tidak memakai baju terbaiknya. Ketika menyeberang sungai yang bisa dilalui dengan jalan kaki itu, putri sulung sampai yang keenam menarik pakaiannya sebatas paha agar pakaiannya tidak basah. Datu Parulas menjatuhkan pilihan pada si bungsu, karena menurut dia adalah wanita yang tahu adat, tidak menarik pakaiannya sampai ke pahanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Datu Parulas Parultop Nainggolan Lumban Raja di Pematang Bandar - Perdagangan (8)

Datu Parulas menurut Sihombing Lumbantoruan (14)