Cibero/Sibero di kerajaan Binang di Pakpak (21)

No: 21
Judul
: BIJDRAGE TOT DE GESCHIEDENIS DER KARO-BATAKSTAMMEN
Oleh: Neumann, J.H.
Tanggal: 1926
Sumber: https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB21:037698000:00001&query=BIJDRAGE+TOT+DE+GESCHIEDENIS+DER+KARO-BATAKSTAMMEN&coll=boeken&sortfield=date&rowid=2
Pencatat referensi: Arnold Siboro


Terjemahan judul buku ini ke dalam bahasa Indonesia adalah: "KONTRIBUSI TERHADAP SEJARAH SUKU KARO-BATAK". 

Sub judulnya adalah "OVERDRUK UIT DE BIJDRAGEN TOT DE TAAL-, LAND- EN VOLKENKUNDE VAN NEDERLANDSCH-INDIE DEEL 82. AFL. I. 1926", atau dalam bahasa Indonesia "CETAK ULANG DARI KONTRIBUSI TERHADAP BAHASA, WILAYAH DAN ETNOLOGI HINDIA BELANDA BAGIAN 82. EPISODE. I.1926". 

Buku ini memuat asal muasal suku-suku di Tanah Karo menurut cerita yang didengar oleh penulis pada jaman itu (tahun 1926). Di buku ini dibahas asal-usul marga Tarigan, yang sangat erat kaitannya dengan Purba Pakpak, dan disebutkan bahwa submarga Cibero/Sibero dari Tarigan juga ada di kerajaan Binang di Pakpak. Kata yang diterjemahkan "kerajaan" di sini adalah "rijkje", mungkin berarti suatu daerah kecil yang dipimpin seorang raja.

Teks asli Terjemahan
XII. De Tariganstammen.

De Tariganstammen bewonen de si V koeta en Nagasariboe en eenige dorpen tusschen de Gintings en Perangin-angins in de streek bij Djoehar, nl. de dorpen Keriahen, Betoeng, Koetambelin, Pergendangen, Koeta Galoeh en Djoehar.

Deze twee uit elkaar liggende streken wijzen, gesteund door de verhalen, op een tweetal wegen gevolgd op hun verhuizing naar de Karolanden. Ook hier blijkt het belang van de namen der submergas, daar zij ons een en ander kunnen laten zien.

De naam Tarigan is nog onverklaarbaar; men kan vermoeden dat het grondwoord tigan moet zijn, daar men af en toe den naam Tigan of Tigen aan treft, welken men niet verklaren kan.

De radjageslachten in Tjingkes en Bawang zijn T. Tambak en T. Gerneng, in Nagasariboe zijn het T. Gersang en Tambak. Deze landstreek sluit zich aan bij het gebied van Dolok en in Dolok Silau regeeren de T. Tambak. Tevens grenst dit gebied aan het rijkje Poerba, waar ook Tarigans wonen, nl. de merga Poerba, die volgens opgave van Tideman als sub-mergas hebben: Gersang, Tambak en Bawang, welke in het Karogebied als Tarigans gelden. De merga Poerba moeten we dus tot de Tarigans rekenen. In Poerba wordt ook een Poerba Pakpak genoemd, tot welke merga de Toehan Poerba behoort. Dit Poerba moet gelegen hebben ergens inde Pakpaklanden. (Zie het vermelde van de K. K. Poerba). Daar er in Poerba ook een merga P. Tondang bestaat, denken wij dadelijk aan de opgave van Ypes, die in zijn Nota verhaalt: «Vroeger moeten aan de Tjinendang drie rijkjes gelegen hebben, Sabeak geheeten, nl. I. van de merga Angkat, II. van de merga Tendang, hoofdplaats Panisihan, bij Pakiraman, III. van de merga Boeala ara. Deze zijn later verdwenen.»

Hebben wij in Poerba de verdwenen merga Tendang weder? Dan bevestigt dit weer ons gevoelen voor alle stammen, dat de trek van West naar Oost is gegaan. Dit wordt bevestigd door de verhalen der Tarigans bij Djoehar, die alle vertellen dat de plaats van herkomst Toengtoe batoe geweest is. Een enkel dorp uitgezonderd, nl. Pergendangen, dat van Nagasariboe uit bevolkt is geworden.

Een belangrijke rol hebben de Tarigans niet in het Karoland gespeeld, behalve dan het verband dat er zijn moet tusschen dezen stam en de KK. Poerka. Wel komt de submerga Tjibero of Sibero ook voor inde Pakpaklanden in het rijkje Binang.

Heeft de Baroesstam zijn held Groot-oor, de Tariganstam heeft zijn held ook. Er zijn verhalen in omloop vaneen held van den stam Tarigan Kerandam toea. Zijn naam luidt in de verschillende verhalen si Noean kata, si Onan katana, si Nongon kata, si Ngenan kata. Welke de ware is valt niet uitte maken. Moederzijds was hij van de Katarenstam. Hij was afkomstig van Koeala (denkelijk inde Goenoeng-goenoeng gelegen). Dooreen oom uit Balesisi of Banoea sini bedreigd, vlucht hij en komt terecht bij een oom van hem in Padang Sambo. Hier trouwt hij met zijn nicht. Na een jaar gaat hij naar Soego en trouwt daar weer. Zijn vorige vrouw wil zich op hem wreken wegens zijn ontrouw en beoorloogt Soego. Weer moet hij vluchten en gaat naar Deli. Daar sticht hij het dorp Ale Deli. Na twee jaar vaart hij naar Sait en verovert die plaats. Hij verandert den naam in Siak.

Later zond hij een brief en een mes aan den Sibajak Sipoet. Misschien is dit Soengei Sipoet of Laoe Tjih, gelegen bij de tegenwoordige onderneming Bekalla in Deli. Deze Sibajak moet een voorvader zijn van den vroegeren Sibajak Pa Pelita van Kaban Djahe. Deze laatste was een K. K. Poerba, een Tarigan eigenlijk, als deze Poerbas van het rijkje Poerba afkomstig zijn. Er zou dus verband bestaan tusschen Tarigan en Siak. Ik meen mij te herinneren dat de Sibajak Pa Pelita ook beweerde familie te zijn van den Sultan van Siak.

Siak speelt ook een rol ineen der redacties van het verhaal van si Poetri Idjo. Hier laat men de prinses geboren worden inde kampong Goenoeng Lintang (boven de onderneming Rimboen in Deli), gelegen langs de rivier Laoe Toetoengen. Op de oeroek Langkah had zij zich verschanst en daar de Sultan haar hebben wilde voer hij de Toentoengenrivier op om haar te halen.

Ook in Bindjei bij Batoe Merah moet een soort zand- of aschveld liggen dat men met onzen held in verband brengt, nl. met si Noean kata.

De Tarigans van Nagasariboe noemen het dorp Lehoe als plaats van de herkomst van hun tegenwoordig radjageslacht. Dus ook weer Pakpak. Een Tarigan Sahing was nl. op de jacht verdwaald geraakt en kwam inde buurt vaneen dorp Naga terecht (er bestaat thans nog een dorpje Naga dicht bij Lajo Lingga). Daar het hem gelukte de vorstin te genezen en daar deze geen zoons had, huwde hij haar dochter en werd zoo hoofd van het dorp. De titel is daar Toehan en wijst dus heen naar Simeloengoen.

Deze Toehan behooren tot de Tarigan Sahing, welke naam ook weer wijst op twisten en strijd. Later scheidden zij zich in de T. Sahing die het handwerk van hun voorvader voortzetten, nl. de jacht, en de T. Idjoek, die zich op palmwijntappen en misschien ook wel op sagokloppen toelegden.
XII. Suku Tarigan.

Suku Tarigan mendiami si V koeta dan Nagasariboe serta beberapa desa antara Ginting dan Perangin-angins di wilayah dekat Djoehar yaitu desa Keriahen, Betoeng, Koetambelin, Pergendangen, Koeta Galoeh dan Djoehar.

Kedua wilayah yang berbeda ini, didukung oleh cerita yang ada, menunjukkan dua jalur yang mengikuti perpindahan mereka ke Tanah Karo. Di sini juga pentingnya nama-nama sub merga menjadi jelas, karena nama-nama tersebut dapat menunjukkan kepada kita beberapa hal.

Nama Tarigan masih belum dapat dijelaskan; Ada yang mungkin menduga bahwa kata dasarnya pasti tigan, karena kadang-kadang kita menemukan nama Tigan atau Tigen, yang tidak dapat dijelaskan.

Keluarga raja di Tjingkes dan Bawang adalah T. Tambak dan T. Gerneng, di Nagasariboe adalah T. Gersang dan Tambak. Wilayah ini bergabung dengan wilayah Dolok dan di Dolok Silau pemerintahan T. Tambak. Daerah ini juga berbatasan dengan kerajaan Poerba yang juga dihuni oleh suku Tarigan yaitu merga Poerba yang menurut Tideman mempunyai sub merga: Gersang, Tambak dan Bawang yang dianggap sebagai Tarigan di daerah Karo. Oleh karena itu kita harus menghitung merga Poerba di antara suku Tarigan. Dalam Poerba juga disebutkan Poerba Pakpak, yang merupakan milik merga Toehan Poerba. Poerba ini pasti berlokasi di suatu tempat di negara Pakpak. (Lihat penyebutan K. K. Poerba). Karena di Poerba juga terdapat merga P. Tondang, kita langsung teringat pernyataan Ypes yang dalam catatannya berbunyi: “Dahulu pasti ada tiga kerajaan di Tjinendang yang disebut Sabeak, yaitu yaitu I. dari merga Angkat, II. dari merga Tendang, ibu kota Panisihan, dekat Pakiraman, III. dari merga Boeala ara. Ini kemudian menghilang.”

Apakah merga Tendang yang hilang itu ada lagi di Poerba? Kemudian hal ini kembali menegaskan perasaan kami terhadap semua suku bahwa migrasi terjadi dari Barat ke Timur. Hal ini diperkuat dengan cerita orang-orang Tarigan di dekat Djoehar yang semuanya mengatakan bahwa tempat asalnya adalah Toengtoe batu. Kecuali satu desa yaitu Pergendangen yang penduduknya berasal dari Nagasariboe.

Suku Tarigan tidak memegang peranan penting di Tanah Karo, kecuali hubungan yang harus terjalin antara suku ini dengan KK. Poerka. Namun submerga Tjibero atau Sibero juga ada di negara Pakpak di kerajaan Binang.

Suku Baroes mempunyai pahlawannya Si Kuping Besar, suku Tarigan juga mempunyai pahlawannya. Ada cerita yang beredar tentang seorang pahlawan dari suku Tarigan Kerandam toea. Namanya dalam berbagai cerita adalah si Noean kata, si Onan katana, si Nongon kata, si Ngenan kata. Tidak jelas mana yang benar. Dari pihak ibunya dia berasal dari suku Katar. Ia berasal dari Koeala (kemungkinan letaknya di daerah Goenoeng-goenoeng). Diancam oleh pamannya dari Balesisi atau Banoea sini, ia melarikan diri dan berakhir bersama pamannya di Padang Sambo. Di sini dia menikahi keponakannya. Setahun kemudian dia pergi ke Soego dan menikah lagi di sana. Istri sebelumnya ingin membalas dendam atas perselingkuhannya dan melancarkan perang terhadap Soego. Dia harus melarikan diri lagi dan pergi ke Deli. Di sana ia mendirikan desa Ale Deli. Setelah dua tahun dia berlayar ke Sait dan menaklukkan tempat itu. Ia mengganti namanya menjadi Siak.

Kemudian dia mengirimkan surat dan pisau kepada Sibayak Siput. Mungkin ini Sungei Sipoet atau Laoe Tjih yang berlokasi di perusahaan (perkebunan) Bekalla saat ini di Deli. Sibajak ini pasti nenek moyang Sibajak Pa Pelita terdahulu dari Kaban Djahe. Yang terakhir adalah K. K. Poerba, sebenarnya Tarigan, jika Poerba ini berasal dari kerajaan Poerba. Dengan demikian akan ada hubungan antara Tarigan dan Siak. Sepertinya saya ingat Sibajak Pa Pelita juga mengaku punya hubungan dengan Sultan Siak.

Siak juga berperan sebagai salah satu penyunting cerita si Poetri Idjo. Sang putri lahir di sini, di kampung Goenoeng Lintang (di atas perusahaan Rimboen di Deli), yang terletak di sepanjang sungai Laoe Toetoengen. Dia berlindung di Uruk Langkah dan karena Sultan menginginkannya, dia berlayar ke Sungai Tuntungen untuk menjemputnya.

Di Bindjei dekat Batu Merah pasti ada semacam padang pasir atau abu yang diasosiasikan dengan pahlawan kita yaitu dengan si Noean kata.

Suku Tarigan Nagasariboe menyebut desa Lehoe sebagai tempat asal silsilah rajah mereka saat ini. Jadi Pakpak lagi. Seorang Tarigan Sahing tersesat saat berburu dan berakhir di dekat kampung Naga (desa Naga masih ada sampai sekarang di dekat Lajo Lingga). Karena ia berhasil menyembuhkan ratu dan karena ratu tidak mempunyai anak laki-laki, ia menikahi putrinya dan menjadi kepala desa. Gelarnya di sana adalah Toehan dan karenanya merujuk pada Simeloengoen.

Toehan ini termasuk dalam Tarigan Sahing, yang namanya juga merujuk pada pertengkaran dan perkelahian. Kemudian mereka berpisah menjadi suku T. Sahing yang meneruskan kerajinan nenek moyangnya yaitu berburu, dan suku T. Idjoek yang ahli dalam menyadap tuak dan mungkin juga menabuh sagu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siboro menurut sejarah kerajaan Dolog Silou (10)

Perjalanan Datu Parulas Parultop Nainggolan Lumban Raja di Pematang Bandar - Perdagangan (8)

Datu Parulas menurut Sihombing Lumbantoruan (14)